Pengusaha Ekspor Harus Tahu Tentang Kode HS Terbaru BTKI 2022

Zahrotul Oktaviani • Dec 16, 2022
Female successful entrepreneurs

Untuk para pelaku atau pengusaha ekspor pasti sudah tidak asing dengan istilah Harmonized Commodity Description and Coding System/Harmonized System (HS). HS ini berkaitan erat dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), selaku gerbang untuk perdagangan internasional. Jadi, setiap barang yang keluar atau masuk Indonesia tarif pajaknya berbeda, tergantung klasifikasinya.


Terbaru, pada April 2022 kemarin, Pemerintah Indonesia resmi mulai menerapkan kode HS baru, yaitu Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2022. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pembaruan ini diberlakukan mengingat terjadi amandemen HS 2017 dan Asean Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN) 2017. Seperti yang diketahui, pembaharuan seperti ini dilakukan secara berkala setiap lima tahun sekali.

Sri Mulyani Indrawati - Menteri Keuangan RI

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 26/2022 disebutkan struktur klasifikasi barang menggunakan 8 digit kode numerik, atau yang biasanya disebut sebagai pos tarif. Kode tersebut berdasarkan salinan HS yang dikeluarkan oleh World Customs Organization (WCO) dan AHTN.


Kalau menurut Ditjen Bea dan Cukai atau DJBC, perubahan mendasar dalam BTKI 2022 dibandingkan dengan BTKI 2017 ini ada pada catatan bagian, catatan bab dan subpos, serta struktur tarif. Perbedaan lainnya pada BTKI 2022 mencakup 99 bab dan 11.414 pos tarif, sedangkan BTKI 2017 hanya memuat 10.813 pos tarif.


Pembaruan ini juga dilakukan dengan tujuan menyesuaikan sistem klasifikasi barang dengan perubahan pola perdagangan maupun situasi global terkini. Pesatnya kemajuan teknologi membuat perdagangan global juga ikut semakin berkembang. Di sisi lain, inovasi-inovasi di dunia teknologi memunculkan beragam jenis dan macam produk atau barang yang belum diatur secara rinci dalam BTKI 2017.


Adapun penambahan subpos dalam BTKI 2022 dilakukan untuk menampung kepentingan strategis industri dan perdagangan Indonesia yang sebelumnya belum dicantumkan dalam BTKI 2017. Beberapa di antaranya adalah produk batik, tekstil, CPO, pertanian dan ikan dan produk perikanan. Ada juga penambahan terkait alat bantu pernapasan atau ventilator, hospital bed dan beberapa alat kesehatan. Tidak luput juga yang tengah ramai dibicarakan akhir-akhir ini yaitu industri kendaraan listrik, kendaraan bermotor, sepeda listrik dan produk sejenis itu.


Dengan adanya implementasi BTKI 2022, diharapkan dapat memfasilitasi perdagangan internasional, caranya dengan mempermudah proses impor dan ekspor, serta proses pertukaran data. Tidak hanya itu, pembaruan BTKI 2022 juga disebut telah dirancang untuk mengakomodasi kelancaran arus barang sebagai bagian dari penataan ekosistem logistik nasional.

Untuk pengusaha yang fokus bisnisnya pada ekspor produk kayu, maka perlu memperhatikan baik-baik Bab 44, 47, 48 dan 94. Empat bab ini secara lengkap membahas seputar kebijakan dan pengaturan ekspor untuk kayu dan produk turunannya.


Bab 44, misalnya, fokus pada klasifikasi Kayu dan barang dari kayu; arang kayu. Di Bab 47 mengklasifikasikan Pulp dari kayu atau dari bahan selulosa berserat lainnya; kertas atau kertas karbon yang dipulishak (sisa dan skrap). Pada Bab 48 menjelaskan tentang Kertas dan kertas karton; barang dari pulp kertas, dari kertas atau dari kertas karton. Sementara pada Bab 94 merupakan klasifikasi untuk Perabotan dan Prefabrikasi dari kayu.


Perbedaan antara BTKI 2017 dan 2022 untuk produk kayu-kayuan terletak pada pemilihan jenis kayunya, yang mana kini ditambah dengan opsi kayu tropis.


Bab 44

Bab 44 berisikan 21 pos yang berbeda dan dari catatan yang ada, setiap referensi untuk ‘kayu’ dalam pos yang ada juga berlaku untuk bambu dan bahan lainnya yang bersifat kayu. Payung, tongkat jalan, alas kaki atau bagiannya, arang kayu aktif dan perhiasan imitasi menjadi beberapa contoh yang tidak masuk di bab ini.


Bab 47

Di Bab 47 dijelaskan Pulp yang dimaksud terdiri dari serat selulosa yang diperoleh dari berbagai bahan nabati atau dari limbah tekstil yang berasal dari nabati. Pulp yang paling penting dalam perdagangan internasional adalah pulp kayu, yang disebut dengan pulp kayu mekanis, kimia, semi-kimia, maupun kimia-mekanis tergantung pada metode persiapannya. Biasanya, jenis kayu yang digunakan adalah pinus, spruce, poplar dan aspen, serta kayu yang lebih keras seperti eucalyptus, kastanye, beech dan kayu tropis tertentu. Pada Bab 47 ini terdapat 6 pos berbeda sesuai dengan metode persiapannya.


Bab 48

Bab 48 terdapat 23 pos berbeda yang membahas seputar kertas dan kertas karton. Di dalamnya dibahas berbagai jenis kertas, disesuaikan dengan bahan dasar, bentuk, serta proses pembuatannya.


Bab 94

Sementara dalam Bab 94 dijabarkan seputar perabotan, baik itu untuk keperluan tidur maupun papan nama iluminasi, serta bangunan prapabrikasi dalam 6 pos berbeda. Istilah bangunan prapabrikasi ini berarti bangunan yang dirampungkan di pabrik atau disiapkan sebagai elemen yang diajukan bersama untuk kemudian dirakit di tempat.


Bagi yang belum tahu bagaimana cara mendapatkan atau mengetahui kode HS dan tarifnya, bisa langsung dicek melalui portal INSW milik Kementerian Keuangan, portal Inatrade dari Kementerian Perdagangan, atau menuju portal BTKI dari Ditjen Bea Cukai.


Buat teman-teman yang mau tahu informasi lebih lanjut seputar ekspor produk kayu, syarat dan dokumen apa aja yang harus disiapkan, bisa banget kepoin QSI di link ini untuk tahu informasi lebih lanjut!

09 Sep, 2024
Indonesia sedang bergerak cepat dalam memajukan penggunaan biodiesel, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Bahkan, Indonesia ditargetkan menjadi produsen terbesar Sustainable Aviation Fuel (SAF) di ASEAN. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Indonesia akan menyuplai 5% kebutuhan avtur di kawasan tersebut. Program Mandatori Biodiesel yang selama ini dijalankan telah sukses, dan akan dilanjutkan dengan B40 yang siap diluncurkan pada Januari 2025. Semua ini bagian dari komitmen besar Indonesia dalam mendorong energi bersih dan mempercepat transisi energi. Di sisi regulasi, pemerintah juga telah menerbitkan beberapa aturan penting, termasuk Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan peluncuran Bursa Karbon (IDX Carbon) pada September 2023. Langkah ini diharapkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 100 juta ton CO2 pada tahun 2030. Serius banget, kan? Tidak mau ketinggalan, PT Pertamina Patra Niaga juga sudah mencapai tonggak besar dengan meraih sertifikasi ISCC untuk SAF serta produk energi terbarukan lainnya seperti minyak goreng bekas (UCO) dan hydrotreated vegetable oil (HVO). Ini artinya, pelanggan Pertamina sekarang bisa dengan bangga mengklaim pengurangan emisi karbon dari produk SAF yang mereka gunakan. Dan yang lebih keren lagi, terminal avtur di Ngurah Rai, Bali, sudah siap mendukung acara besar Bali International Air Show 2024 yang akan memperluas penggunaan SAF Pertamina di pasar internasional!
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
As the world grapples with the escalating plastic pollution crisis, innovative solutions are emerging from unexpected quarters. Ocean Bound Plastic (OBP) — plastic waste at risk of entering the oceans — is increasingly being harnessed as a valuable resource for creating new, sustainable products. This transformation is not only helping to clean our oceans but also driving a new wave of eco-conscious consumerism. Leading brands across various industries are incorporating OBP into their products, demonstrating a commitment to environmental stewardship and setting new standards for sustainability.  This article explores several groundbreaking products crafted from ocean bound plastic, showcasing how businesses are turning environmental challenges into opportunities for innovation and market differentiation.
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
Mismanaged plastic waste refers to plastic materials that are not collected, recycled, or disposed of properly, ultimately ending up in the natural environment. This waste is a growing global crisis, with devastating consequences for ecosystems, wildlife, and human communities. Particularly concerning is the plastic waste located near rivers, coastlines, and shores, as well as the plastic already in the ocean that is accidentally caught using fishing gear. This article explores the specific impacts of mismanaged plastic waste in these vulnerable areas and how Ocean Bound Plastic (OBP) certification can address and mitigate these issues.
Show More
Share by: