Kenali Perbedaan Katun Organik dan Katun Konvensional

Zahrotul Oktaviani • Jun 21, 2023

Dalam industri tekstil, katun merupakan salah satu bahan dasar kain yang masih mendominasi pasaran. Selain bahannya yang lembut, kain jenis ini juga gampang menyerap keringat dan memiliki kemampuan sirkulasi udara yang baik, membuatnya menjadi bahan dasar yang cocok digunakan sehari-hari. Bukan cuma itu, harga yang terjangkau juga menjadi faktor yang membuatnya tetap populer hingga saat ini.

Perbedaan RCS dan GRS

Tapi Qualizer tahu nggak nih, kalau sekarang ini makin banyak orang yang gembar-gembor soal katun organik atau organic cotton. Gerakan ini muncul karena banyak klaim yang menyebut proses pembuatan katun konvensional berbahaya dan bisa merusak lingkungan.


Wah, apa aja tuh perbedaan katun organik dan katun konvensional?

Perbedaan RCS dab GRS

Persiapan benih

Katun konvensional seringnya menggunakan benih kapas yang diobati dengan fungisida atau insektisida. Bahan kimia yang ada di dalamnya berfungsi untuk menyelamatkan hasil panen dari serangan organisme pengganggu tumbuhan atau hama dan penyakit.


Sedangkan untuk katun organik, para petani menggunakan biji transgenic alami dan tidak diolah atau non-GMO. Dengan bibit ini, kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan kimia berbahaya bisa dikurangi.


Persiapan tanah

Selama proses budidaya, katun konvensional menggunakan pupuk sintetis atau pupuk kimia. Bahan kimia ini akan mengubah pH tanah, membuatnya menjadi asam dan mikroorganisme yang mengganggu tanaman budidaya bisa mati.


Sementara, untuk budidaya katun organik petani akan mengolah tanah dengan cara yang sehat, seperti melakukan rotasi tanaman. Kelembaban tanah juga dipertahankan dengan cara-cara organik selama proses ini.


Kontrol gulma

Gulma atau tumbuhan yang hidup di sekitar tanaman budidaya ternyata bisa mengganggu  kesuburan tanah loh Qualizer. Karena itu, petani konvensional akan berusaha semaksimal mungkin menghilangkannya dengan penyemprotan udara insektisida dan pestisida.


Beda lagi dengan petani katun organik yang menghindari praktik seperti ini, mereka lebih memilih menyiangi atau mencabut gulma, merotasi tanaman di sekitar pohon kapas, memasang mulsa organik, atau melakukan sistem olah tanah.


Proses panen

Dalam produk organik, proses panen dilakukan dengan cara penggundulan alami dari suhu beku, atau dengan menggunakan pengolahan air. Sementara, cara konvensional biasanya melakukan penggundulan dengan bahan kimia beracun.


Produksi

Serat lungsi dalam katun organik akan distabilkan dengan menggunakan pati jagung double-plying yang tidak beracun. Untuk proses konvensional, serat lungsi ini biasanya distabilkan dengan lilin beracun.


Proses pemutihan

Proses pemutihan pada katun organik biasanya dilakukan dengan peroksida aman. Beda cerita dengan katun konvensional, biasanya proses ini memanfaatkan pemutih klorin. Buruknya, bahan ini bisa menghasilkan produk limbah beracun dan mencemari lingkungan.


Proses pewarnaan

Di tahap pewarnaan, katun organik akan menggunakan pewarna reaktif atau pewarna alami, dengan kandungan sulfur dan logam yang rendah. Di sisi lain, katun konvensional akan memanfaatkan temperatur tinggi yang mengandung logam berat dan belerang.


Qualizer, untuk memastikan dan menjamin produk kapas memenuhi praktik standar organik atau tidak, diperlukan sertifikasi yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Salah satu yang memegang standar global katun organic atau OCS adalah Textile Exchange, yang menjadi salah satu layanan dari PT Sertifikasi Indonesia.


Standard dari Textile Exchange ini akan memastikan proses pembuatan kain, pakaian, maupun produk tekstil lainnnya, aman dari bahan kimia dan menjamin terjaganya lingkungan. Pemeriksaannya pun dilakukan mulai dari proses pembuatan, manufaktur, pengemasan, pemberian label, distribusi, penjualan, hingga keamanan pekerjanya.


Untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang Textile Exchange dan sertifikasi lain yang berhubungan dengan standard ini, bisa langsung melalui website PT Qualitas Sertifikasi Indonesia atau menghubungi kontak yang tersedia.

Recent posts

09 Sep, 2024
Indonesia sedang bergerak cepat dalam memajukan penggunaan biodiesel, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Bahkan, Indonesia ditargetkan menjadi produsen terbesar Sustainable Aviation Fuel (SAF) di ASEAN. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Indonesia akan menyuplai 5% kebutuhan avtur di kawasan tersebut. Program Mandatori Biodiesel yang selama ini dijalankan telah sukses, dan akan dilanjutkan dengan B40 yang siap diluncurkan pada Januari 2025. Semua ini bagian dari komitmen besar Indonesia dalam mendorong energi bersih dan mempercepat transisi energi. Di sisi regulasi, pemerintah juga telah menerbitkan beberapa aturan penting, termasuk Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan peluncuran Bursa Karbon (IDX Carbon) pada September 2023. Langkah ini diharapkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 100 juta ton CO2 pada tahun 2030. Serius banget, kan? Tidak mau ketinggalan, PT Pertamina Patra Niaga juga sudah mencapai tonggak besar dengan meraih sertifikasi ISCC untuk SAF serta produk energi terbarukan lainnya seperti minyak goreng bekas (UCO) dan hydrotreated vegetable oil (HVO). Ini artinya, pelanggan Pertamina sekarang bisa dengan bangga mengklaim pengurangan emisi karbon dari produk SAF yang mereka gunakan. Dan yang lebih keren lagi, terminal avtur di Ngurah Rai, Bali, sudah siap mendukung acara besar Bali International Air Show 2024 yang akan memperluas penggunaan SAF Pertamina di pasar internasional!
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
As the world grapples with the escalating plastic pollution crisis, innovative solutions are emerging from unexpected quarters. Ocean Bound Plastic (OBP) — plastic waste at risk of entering the oceans — is increasingly being harnessed as a valuable resource for creating new, sustainable products. This transformation is not only helping to clean our oceans but also driving a new wave of eco-conscious consumerism. Leading brands across various industries are incorporating OBP into their products, demonstrating a commitment to environmental stewardship and setting new standards for sustainability.  This article explores several groundbreaking products crafted from ocean bound plastic, showcasing how businesses are turning environmental challenges into opportunities for innovation and market differentiation.
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
Mismanaged plastic waste refers to plastic materials that are not collected, recycled, or disposed of properly, ultimately ending up in the natural environment. This waste is a growing global crisis, with devastating consequences for ecosystems, wildlife, and human communities. Particularly concerning is the plastic waste located near rivers, coastlines, and shores, as well as the plastic already in the ocean that is accidentally caught using fishing gear. This article explores the specific impacts of mismanaged plastic waste in these vulnerable areas and how Ocean Bound Plastic (OBP) certification can address and mitigate these issues.
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
Plastic pollution, especially ocean bound plastic (OBP), has become a critical issue with far-reaching environmental, economic, and social implications. Each year, millions of tons of plastic waste find their way into the world's oceans, causing devastating effects on marine ecosystems, wildlife, and human health.  However, what is often viewed as a monumental environmental challenge also represents a significant business opportunity. Companies across various industries are beginning to realize that managing OBP not only addresses a vital environmental need but also opens doors to innovation, market differentiation, and enhanced sustainability. Recognition Through Certification Achieving certification through standards such as the OBP Certification provides a business with global recognition of its commitment to managing OBP responsibly. This certification signals to consumers, partners, and stakeholders that the company adheres to rigorous environmental standards and actively contributes to reducing plastic pollution. Certification can serve as a powerful differentiator in the market, enhancing brand credibility and trust. Market Demand for Sustainable Products There is a growing consumer demand for products that are environmentally friendly and sustainably sourced . This shift is driven by increased environmental awareness and a desire to support companies that prioritize sustainability. Businesses that integrate OBP into their supply chains can tap into this market, offering products that appeal to eco-conscious consumers. Cost Savings and Resource Efficiency Recycling OBP can lead to cost savings by reducing the need for virgin plastic materials. Utilizing recycled plastics often requires less energy compared to producing new plastics, leading to lower production costs and reduced environmental impact. This resource efficiency can improve a company’s bottom line while enhancing its sustainability profile. Regulatory Compliance and Risk Management Governments and regulatory bodies are increasingly implementing policies to reduce plastic waste and promote recycling. By proactively managing OBP, businesses can stay ahead of regulatory requirements, avoiding potential fines and sanctions. Additionally, demonstrating compliance with environmental regulations can enhance a company’s reputation and reduce risks associated with environmental liabilities. Managing ocean-bound plastic presents a unique and compelling opportunity for businesses to contribute to environmental sustainability while achieving economic benefits. By embracing innovative solutions, sustainable practices, and strategic partnerships, companies can turn the challenge of plastic pollution into a driver of growth and differentiation. The potential of managing OBP from a business perspective is vast, offering pathways to market leadership, consumer trust, and long-term success in a rapidly evolving landscape. If you’re interested in learning more about how managing ocean bound plastic can benefit your business, please visit our website or contact us directly!

Drop us a line

Contact Us

Share

09 Sep, 2024
Indonesia sedang bergerak cepat dalam memajukan penggunaan biodiesel, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Bahkan, Indonesia ditargetkan menjadi produsen terbesar Sustainable Aviation Fuel (SAF) di ASEAN. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Indonesia akan menyuplai 5% kebutuhan avtur di kawasan tersebut. Program Mandatori Biodiesel yang selama ini dijalankan telah sukses, dan akan dilanjutkan dengan B40 yang siap diluncurkan pada Januari 2025. Semua ini bagian dari komitmen besar Indonesia dalam mendorong energi bersih dan mempercepat transisi energi. Di sisi regulasi, pemerintah juga telah menerbitkan beberapa aturan penting, termasuk Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan peluncuran Bursa Karbon (IDX Carbon) pada September 2023. Langkah ini diharapkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 100 juta ton CO2 pada tahun 2030. Serius banget, kan? Tidak mau ketinggalan, PT Pertamina Patra Niaga juga sudah mencapai tonggak besar dengan meraih sertifikasi ISCC untuk SAF serta produk energi terbarukan lainnya seperti minyak goreng bekas (UCO) dan hydrotreated vegetable oil (HVO). Ini artinya, pelanggan Pertamina sekarang bisa dengan bangga mengklaim pengurangan emisi karbon dari produk SAF yang mereka gunakan. Dan yang lebih keren lagi, terminal avtur di Ngurah Rai, Bali, sudah siap mendukung acara besar Bali International Air Show 2024 yang akan memperluas penggunaan SAF Pertamina di pasar internasional!
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
As the world grapples with the escalating plastic pollution crisis, innovative solutions are emerging from unexpected quarters. Ocean Bound Plastic (OBP) — plastic waste at risk of entering the oceans — is increasingly being harnessed as a valuable resource for creating new, sustainable products. This transformation is not only helping to clean our oceans but also driving a new wave of eco-conscious consumerism. Leading brands across various industries are incorporating OBP into their products, demonstrating a commitment to environmental stewardship and setting new standards for sustainability.  This article explores several groundbreaking products crafted from ocean bound plastic, showcasing how businesses are turning environmental challenges into opportunities for innovation and market differentiation.
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
Mismanaged plastic waste refers to plastic materials that are not collected, recycled, or disposed of properly, ultimately ending up in the natural environment. This waste is a growing global crisis, with devastating consequences for ecosystems, wildlife, and human communities. Particularly concerning is the plastic waste located near rivers, coastlines, and shores, as well as the plastic already in the ocean that is accidentally caught using fishing gear. This article explores the specific impacts of mismanaged plastic waste in these vulnerable areas and how Ocean Bound Plastic (OBP) certification can address and mitigate these issues.
Show More
Share by: