Kenali Jenis-jenis Sertifikasi Seputar Kain dan Bahannya

Zahrotul Oktaviani • Sep 13, 2022

Pakaian sejak zaman dahulu dikenal sebagai salah satu dari tiga kebutuhan primer manusia. Kini, dunia mode pun terus berkembang dengan bermunculannya merek-merek baru, termasuk dari segi Usaha Kecil Menengah (UKM). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) industri tekstil dan pakaian jadi pada 2021 mencapai angka Rp 127,43 triliun.

Tapi sejauh ini, tahukah teman-teman jika kain itu ada banyak jenis dan bahan dasarnya? Setidaknya untuk saat ini, ada dua jenis serat yang digunakan sebagai bahan dasar kain, yaitu serat alami dan buatan. Serat alami berasal dari tumbuhan maupun hewan, sementara serat buatan berasal dari bahan non-organik yang dikombinasikan dengan bahan kimia. Beberapa contoh serat yang saat ini banyak digunakan antara lain, kapas, sutra, wool, polyester, nilon, dan spandex.


Seiring dengan terus berkembangnya dunia mode, baik di dalam maupun di luar negeri, bermunculan pula kekhawatiran akan keberlangsungan lingkungan dan perhatian agar hal ini tidak semakin merusak bumi. Atas dasar pemikiran itu, muncul sebuah organisasi nirlaba global yang fokus pada industri serat dan material pilihan, Textile Exchange. Organisasi ini berupaya mengembangkan dan mengelola serangkaian standar agar industri kain dan serat bisa melakukan verifikasi klaim keberlanjutannya, mulai dari bahan mentah hingga produk akhir.

Didirikan pada 2002, Textile Exchange bekerja sama dan menjalin hubungan erat dengan semua rantai pasokan tekstil. Pihaknya berupaya mengidentifikasi dan membagikan praktik terbaik seputar pertanian, bahan, pemrosesan, keterlacakan, serta akhir masa pakai produk. Tujuannya, untuk menciptakan dampak positif pada air, tanah, udara hewan dan populasi manusia.


Textile Exchange sampai saat ini menetapkan ada delapan standar produksi dan pengelolaan tekstil. Dari semuanya, QSI berupaya menyediakan jasa sertifikasi untuk enam standard, yaitu RCS dan GRS, OCS, CCS, RDS, serta RWS (cta to link Textile Exchange QSI). Apa aja yang dimaksud dari standard-standard itu? Yuk, kita kenalan lebih jauh.

  • RCS dan GRS

RCS merupakan singkatan dari Recycled Claim Standard dan GRS merupakan Global Recycled Standard. Dua hal ini berfokus pada penetapan persyaratan sertifikasi pihak ketiga yang akan melakukan daur ulang melalui rantai pasokan. Perbedaannya, GRS menambahkan kriteria tambahan untuk persyaratan pemrosesan sosial dan lingkungan, serta pembatasan bahan kimia.


  • OCS

Organic Content Standard atau OCS menetapkan sejumlah persyaratan untuk sertifikasi jenis bahan organik. Tujuan dari OCS adalah meningkatkan produksi pertanian organic.


  • CCS

CCS atau Content Claim Standard merupakan dasar dari semua standar yang dimiliki Textile Exchange. Standar ini memberikan perusahaan alat untuk memverifikasi satu atau lebih bahan spesifik ada dalam produk akhir.


  • RDS

RDS atau Responsible Down Standard dimaksudkan untuk memastikan bahan bulu yang berasal dari hewan tidak mengalami cedera yang tidak perlu. Harapannya, standar ini bisa mempengaruhi industri bulu dan hewan, mendorong praktik yang menjaga dan menghormati binatang, seperti bebek dan angsa.


  • RWS

Responsible Wool Standard (RWS) merupakan standard yang memiliki fokus pada kesejahteraan domba dan tanah tempat mereka merumput.

Itu tadi sekilas informasi seputar standar-standar yang berlaku di indutri tekstil, yang bertujuan untuk menjaga lingkungan dan alam, serta keberlanjutannya. Untuk yang mau tahu informasi lebih lengkapnya, bisa kepoin akun media sosial QSI atau hubungin kontak yang tertera ya.

09 Sep, 2024
Indonesia sedang bergerak cepat dalam memajukan penggunaan biodiesel, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Bahkan, Indonesia ditargetkan menjadi produsen terbesar Sustainable Aviation Fuel (SAF) di ASEAN. Menurut Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, Indonesia akan menyuplai 5% kebutuhan avtur di kawasan tersebut. Program Mandatori Biodiesel yang selama ini dijalankan telah sukses, dan akan dilanjutkan dengan B40 yang siap diluncurkan pada Januari 2025. Semua ini bagian dari komitmen besar Indonesia dalam mendorong energi bersih dan mempercepat transisi energi. Di sisi regulasi, pemerintah juga telah menerbitkan beberapa aturan penting, termasuk Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon dan peluncuran Bursa Karbon (IDX Carbon) pada September 2023. Langkah ini diharapkan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 100 juta ton CO2 pada tahun 2030. Serius banget, kan? Tidak mau ketinggalan, PT Pertamina Patra Niaga juga sudah mencapai tonggak besar dengan meraih sertifikasi ISCC untuk SAF serta produk energi terbarukan lainnya seperti minyak goreng bekas (UCO) dan hydrotreated vegetable oil (HVO). Ini artinya, pelanggan Pertamina sekarang bisa dengan bangga mengklaim pengurangan emisi karbon dari produk SAF yang mereka gunakan. Dan yang lebih keren lagi, terminal avtur di Ngurah Rai, Bali, sudah siap mendukung acara besar Bali International Air Show 2024 yang akan memperluas penggunaan SAF Pertamina di pasar internasional!
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
As the world grapples with the escalating plastic pollution crisis, innovative solutions are emerging from unexpected quarters. Ocean Bound Plastic (OBP) — plastic waste at risk of entering the oceans — is increasingly being harnessed as a valuable resource for creating new, sustainable products. This transformation is not only helping to clean our oceans but also driving a new wave of eco-conscious consumerism. Leading brands across various industries are incorporating OBP into their products, demonstrating a commitment to environmental stewardship and setting new standards for sustainability.  This article explores several groundbreaking products crafted from ocean bound plastic, showcasing how businesses are turning environmental challenges into opportunities for innovation and market differentiation.
By Muhammad Imam Taufik 25 Jul, 2024
Mismanaged plastic waste refers to plastic materials that are not collected, recycled, or disposed of properly, ultimately ending up in the natural environment. This waste is a growing global crisis, with devastating consequences for ecosystems, wildlife, and human communities. Particularly concerning is the plastic waste located near rivers, coastlines, and shores, as well as the plastic already in the ocean that is accidentally caught using fishing gear. This article explores the specific impacts of mismanaged plastic waste in these vulnerable areas and how Ocean Bound Plastic (OBP) certification can address and mitigate these issues.
Show More
Share by: